Sebenarnya, sampai sekarang saya belum menemukan sebuah definisi tentang rumah. Saya sering menemukan sebuah quotes yang menjelaskan apa itu rumah. Secara umum, rumah didefinisikan sebuah bangunan tempat tinggal dan gambarannya seperti ini:
Namun, apakah definisi rumah didefinisikan sebagai sebuah tempat dimana memiliki kenangan yang baik? Atau rumah merupakan sebuah tempat yang mengerikan dan memberikan kenangan yang buruk? Sampai sekarangpun saya belum mendapatkan jawabannya. Bagi sebagian orang, rumah tampak mengerikan jika di dalam rumah tersebut memberikan kenangan yang buruk. Sehingga, mereka lebih memilih untuk pergi dari tempat itu dan pindah menuju tempat lain. Lalu, mereka membangun rumah mereka sendiri. Sedangkan, orang yang memiliki kenangan yang baik akan rumah itu selalu memiliki sebuah kenangan yang baik. Bahkan, bisa dibilang akan betah — dan tidak mau pergi dari tempat itu — selalu teringat segala kebahagiaan di rumah tersebut.
Kenyataannya, mau sejauh apapun kita pergi dari rumah dan melupakan segala hal yang buruk. Tidak dipungkiri kita akan mendapatkan kedua hal itu — kenangan yang baik dan kenangan yang buruk. Rumah ialah sebuah tempat yang dimana kita bisa merasakan perasaan senang dan sedih. Dimana semua hal itu dibagikan dan dirasakan oleh orang yang tinggal bersama. Banyak orang yang lebih memilih pergi karena mereka akan teringat peristiwa yang buruk. Saya menemukan sebuah hal yang menarik dalam peristiwa buruk ini. Ada sebuah penjelasan yang membuat saya berpikir ‘oh iya, benar juga ya!’ kalimat ini yang membuat saya berkata demikian:
Tidak selamanya peristiwa buruk yang jauh melampaui potensi untuk merusak dan menghancurkan hidup seseorang, seringkali hal ini mendorong orang untuk berkembang dengan cara yang positif (Ada Serigala Betina di dalam Diri Seorang Perempuan, halaman 81).
Sebuah bacaan yang saya dapatkandari buku. Walaupun kita menganggap peristiwa buruk itu terjadi (dalam beberapa hal) di rumah. Secara tidak langsung kita terdorong untuk berkembang dan tumbuh dengan cara yang positif, agar dapat melepas dan memaafkan segala hal yang buruk terjadi di rumah dan pergi meninggalkannya.
Disisi lain, apakah kita pernah menyadari bahwa rumah ialah ketika kita bisa menjadi diri sendiri?
Rumah ialah ketika kita bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya.
Rumah ialah ketika kita bisa menemukan sebuah ketenangan dalah hidup.
Rumah ialah ketika kita bisa menemukan segala hal yang baik dan buruk
Rumah ialah ketika kita bisa menvalidasi perasaan kita.
Rumah ialah ketika kita bisa menemukan sesuatu itu.
Dari rumah — yang berisi kenangan buruk dan menakutkan — kita bisa mengembangkan diri dan menemukan sebuah potensi diri untuk berkembang lebih baik.
Saya juga bingung — mengapa orang-orang menganggapkan rumah ketika menemukan partner yang tepat — Maksudnya, mereka jarang menganggap diri sendiri sebagai rumah. Mereka menyandarkan diri kepada orang lain. Menurut saya, menyandarkan diri sendiri kepada orang lain saja sudah menyakiti diri sendiri— secara tidak langsung. Lalu, mengapa sebagian besar menyandarkan diri sendiri kepada orang lain?
Ada sebuah pengalaman pribadi ketika menyukai seseorang ialah:
Saya menganggap dia sebagai rumah. Sehingga, ketika memang kita sudah tidak bisa bersama dan waktunya sudah tiba (re: pergi). Saya merasa kalau saya tidak akan bisa hidup tanpa dia. Saya merasa kalau tanpa dia, hidup saya menjadi sepi dan hampa. Bahkan, saya pernah berpikir jika nanti saya tidak akan menemukan seseorang yang lebih baik daripada dia. Namun, sudah hampir setahun saya tidak berhubungan dan memutuskan memblokir sosial media dan whatsappnya saya tetap bisa hidup.
Karena saya menganggap dia rumah, saya jadi takut berkenalan dengan siapapun. Tetapi, dari hal ini saya menyadari bahwa saya tidak bisa selamanya seperti ini. Saya tidak bisa seperti itu.
Saya harus tumbuh menjadi orang yang lebih baik daripada sebelumnya.
Saya harus mewujudkan impian saya.
Saya tidak bisa jika harus berdiam diri dan merutuki kesalahan saya.
Dari kutipan itu, saya menyadari bahwa tempat favorit dan rumah itu adalah diri sendiri. Kita harus menjadi tempat dan rumah bagi diri sendiri. Memang, pengalaman buruk bisa membuat kita takut bahkan trauma. Namun, pengalaman buruk tidak akan merusak hidup kita. Pengalaman hidup akan memberikan suatu pelajaran yang berharga.
Juga, kita jadi lebih menyadari bahwa dimanapun berada pasti kita akan memiliki kenangan yang buruk dan kenangan yang baik. Jadi, sebelum menganggap rumah kepada seseorang atau sebuah tempat. Pastikan kita telah menjadi rumah bagi diri kita sendiri. Dimanapun berada, kita akan kuat walau banyak badai yang datang.
— Sebuah tulisan dari pengalaman pribadi saya.